Tak disangka, desain dengan kantung penyimpan bolpoin itu pun menjadi satu-satunya desain yang muncul dalam perlombaan tersebut.
Simon, kelahiran 10 Juli 1990, memang bukan berasal dari jurusan yang terkait dengan desain. "Saya mahasiswa FISIP Atma Jaya Yogyakarta," katanya.
Alhasil, tatkala juri menyebut namanya sebagai pemenang pertama, kebahagiaan plus kebanggaan meliputi perasaannya. Jadilah, hadiah uang Rp 25 juta memenuhi kocek mahasiswa angkatan 2008 ini. Ia sukses menyingkirkan delapan finalis lainnya.
Sementara, menurut Head of Marcomm Hoka Hoka Bento Francisca Lucky Permanawati, perhelatan lomba itu digelar sejak awal tahun ini. Animo peserta lumayan banyak. Tercatat, empat kota besar yang menyetor peserta terbanyak yakni Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Medan.
Alhasil, tatkala juri menyebut namanya sebagai pemenang pertama, kebahagiaan plus kebanggaan meliputi perasaannya. Jadilah, hadiah uang Rp 25 juta memenuhi kocek mahasiswa angkatan 2008 ini. Ia sukses menyingkirkan delapan finalis lainnya.
Sementara, menurut Head of Marcomm Hoka Hoka Bento Francisca Lucky Permanawati, perhelatan lomba itu digelar sejak awal tahun ini. Animo peserta lumayan banyak. Tercatat, empat kota besar yang menyetor peserta terbanyak yakni Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Medan.
Saat perbincangan pada Rabu (18/7/2012) di Jakarta, Simon yang terkesan tak punya logat Batak lantaran lahir dan besar di Kota Gudeg itu mengaku kalau niatnya mengikuti lomba lantaran kepepet alias terdesak kebutuhan perlengkapan kuliah. "Bahkan, waktu mulai mendesain, saya pinjam laptop teman atau ke warnet," aku lelaki murah senyum itu.
Ujung-ujungnya, fulus hadiah yang sudah di genggaman tangan Simon, langsung berubah wujud menjadi gadget alias peranti yang menjadi dambaannya. "Saya bisa beli laptop, contohnya," tuturnya sumringah.
Unik
Menurut Simon, saat mengeksplorasi ide menjadi desain, dirinya melakukan hal yang terbilang biasa yakni menggali langsung kebutuhan para karyawan Hoka Hoka Bento. Makanya, satu demi satu, ia menyambangi gerai makanan khas Jepang asal Indonesia yang ada di Kota Yogyakarta itu. "Saya melakukan wawancara
dengan para karyawan," imbuh Simon.
Berangkat dari situlah, Simon menempatkan semacam kantung penyimpan bolpoin di bagian lengan desain karyanya tersebut. "Itu kebutuhan yang muncul dari karyawan saat saya mewawancarai mereka," kata pengagum berat klub sepak bola Liga Spanyol, Barcelona itu.
Tak disangka, desain dengan kantung penyimpan bolpoin itu pun menjadi satu-satunya desain yang muncul dalam perlombaan tersebut. "Saya menjadi yakin saat juri sempat menyebut desain kantung penyimpan bolpoin waktu final," katanya lagi.
Simon melanjutkan, pengalamannya bergelut dengan desain memang terasah sejak 2008 silam. Dirinya senang membuat desain kaus. Karyanya disebarluaskan melalui situs jejaring sosial semacam Facebook.
Kegemarannya memanfaatkan teknologi informasi seperti itu membangkitkan pula naluri bisnisnya hingga kini.
Kendati demikian, Simon mengakui, kegemarannya itu membuat dirinya terbilang menjadi mahasiswa yang kerepotan dengan presensi kuliah. Pihak keluarga, khususnya ayah dan kakak-kakaknya bereaksi. "Mereka meminta saya membereskan kuliah sampai selesai," ujarnya.
Mendapat pelajaran dari perlombaan yang baru kali pertama diikutinya, Simon mengatakan akan membenahi lebih baik kuliahnya. "Soalnya, dipublikasikan menjadi pemenang lomba kan konsekuensi dan tantangannya ke depan menjadi lebih berat. Saya harus menyelesaikan kuliah dulu agar langkah ke depan menjadi lebih ringan," demikian Simon Simangunsong(mlk)
Sumber : Kompas
Editor : Josephus Primus
0 komentar:
Posting Komentar